Info&tanya jawab

Selasa, 04 September 2018

Enggan Sekolah Senang Petik Mete, Angka Putus Sekolah di Desa Sinar Hadigala Tinggi

Larantuka, Pos Kupang. Para mahasiswa Undana Kupang sejak 27 Juli 2018 sampai saat ini melaksanakan kuliah kerja nyata KKN di 4 desa di Kecamatan Tanjung Bunga Flores Timur.
Mereka sudah berada di tengah masyarakat satu bulan lebih. Terkait kegiatan itu, Wakil Bupati Flotim Agustinus Payong Boli mengunjungi para mahasiswa, Senin (3/9/2018)
Sesuai janjinya kepada mahasiswa, Agus Boli membantu satu ton beras kepada para mahasiswa Undana yang sedang ber KKN.
Tapi para mahasiswa ternyata lebih memikirkan kesulitan masyarakat di desa khususnya para janda dan lansia.
Para mahasiswa menyerahkan beras satu ton itu kepada masyarakat kurang mampu di empat desa di Tanjung Bunga.
Wakil Bupati Flotim Agus Boli sebagai alumni Undana menyampaikan terima kasih kepada orang tua yang sudah menampung dan menjaga para mahasiswa selama KKN.
Pemberian satu ton beras kepada masyarakat kurang mampu di empat desa itu, kata Agus Boli, sebagai bentuk terimakasih dirinya bersama para mahasiswa Undana kepada masyarakat.
Secara simbolis pemberian satu ton beras dilakukan di aula kantor Sinar Hadigala di Beloaja, Senin (3/9/2018) disaksikan para mahasiswa, kepala desa dan Camat Tanjung Bunga Lorensius Nurak Hewen.
Pertama, Agus Boli menyerahkan kepada Dewi, perwakilan para mahasiswa KKN. Dewi selanjutnya menyerahkan beras itu kepada Kades Sinar Hadigala, Siprianus Kladu Kelen.
Agus Boli meminta kepada Rektor Undana Kupang agar setiap tahun mengirimkan mahasiswanya ke Flores Timur. Kehadiran para mahasiswa sangat membantu memotivasi masyarakat terutama para pelajar untuk belajar sampai jenjang perguruan tinggi.
Heri Boli, Koordinator mahasiswa KKN Undana Kupang untuk wilayah Desa Sinar Hadigala Tanjung Bunga, Flotim, menyebut dua masalah pokok di desa itu yaitu pendidikan dan kesehatan.
Masalah pendidikan paling dominan angka putus sekolah tinggi. Para remaja usia sekolah enggan melanjutkan pendidikan karena alasan biaya. Namun alasan itu masih perlu dikaji karena wilayah Beloaja, misalnya, termasuk daerah subur.
Kata dia, sebaliknya karena kemudahan mendapatkan uang bisa jadi salah satu alasan anak-anak putus sekolah. "Anak-anak enggan melanjutkan sekolah dan lebih memilih petik jambu mete usai tamat SMA," kata Heri Boli.
Masalah kedua, kesehatan lingkungan. Sebagian masyarakat belum memiliki jamba. Pemerintah masih perlu giatkan gerakan sanitasi total berbasis masyarakat.
Masalah lain yang ditemui, tambahnya, tentang pergaulan bebas para remaja dan keikutsertaan remaja pelajar menenggak minuman keras.
Selama bersama masyarakat, kata Heri Boli, para mahasiswa masuk ke sekolah dasar, SMP dan SMA memotivasi para pelajar untuk kuliah di perguruan tinggi. (lik)

3 komentar:

  1. Maaf anda yg menulis artikel ini sumbernya dari mana ya ?

    BalasHapus
  2. Kalau dibilang wilayah kami subur ya betul, tapi kalau dibilang mudah mendapatkan uang berarti anda dan narasumber anda hanya mengarang dan tidak tahu apa yg sbenarnya terjadi di desa kami. Jangan anda menarik kesimpulan tanpa mengkaji lebih dalam.

    BalasHapus